Penguatan Budaya Ramah Lingkungan Santri Melalui Pelatihan dan Pendampingan Penerapan Fiqh Al-Bi’ah di Pesantren Miftahul Ula Kertosono Nganjuk
DOI:
https://doi.org/10.35719/ngarsa.v1i2.295Pondok pesantren pada umumnya sering identik dengan berbagai persoalan lingkungan, kesehatan, serta kebersihan. Upaya menguatkan kemampuan, keterampilan, dan kemandirian budaya ramah lingkungan melalui penerapan fiqh al-bi’ah sangat strategis untuk dilakukan di kalangan pondok pesantren. Metode pengabdian masayarakat yang digunakan adalah Participatory Action Research (PAR), yakni pengabdian dilaksanakan secara partisipatif di antara masyarakat santri Pondok Pesantren Mifathul Ula Nglawak Kertosono Kabupaten dan dilakukan melalui tiga pilar utama, yakni (1) metodologi riset melalui sistematisasi langkah dan prosedur pengabdian secara ilmiah, (2) dimensi aksi yakni melalui rangkaian pelatihan/sosialisasi kebersihan dan kesucian, konservasi lingkungan, dan pengelolaan sampah, serta (3) dimensi partisipasi yakni pendampingan/ simulasi yang melibatkan sebanyak mungkin masyarakat pondok sebagai pelaksana PAR-nya sendiri. Hasil pengabdian menunjukkan bahwa, pertama, melalui kegiatan pengabdian masyarakat ini telah dapat diperkuat budaya ramah lingkungan santri melalui pelatihan penerapan fiqh al-bi’ah di Pondok Pesantren Miftahul Ula Nglawak Kertosono Nganjuk. Dengan demikian, peningkatan keseimbangan kualitas hidup dan kehidupan dengan lingkungan di pondok pesantren Miftahul Ula Nglawak Kertosono Kabupaten Nganjuk diharapkan dapat terwujud. Kedua Melalui kegiatan pengabdian ini telah dapat diperkuat budaya ramah lingkungan santri melalui pendampingan penerapan fiqh al-bi’ah di Pondok Pesantren Miftahul Ula Nglawak Kertosono Nganjuk. Konsep “darling” sebagai cerminan budaya ramah lingkungan sesuai penerapan fiqh al-bi’ah. Santri. Santri dan masyarakat pondok pesantren Miftahul Ula yang memiliki pengetahuan, sikap kritis, keterampilan, dan kemandirian menkonservasi atau melestarikan alam melalui gerakan penghijauan serta reklamasi lingkungan hijau (eco green) sebagai cerminan budaya ramah lingkungan sesuai penerapan fiqh al-bi’ah.
Islamic boarding schools, in general, are often synonymous with various environmental, health, and hygiene issues. Efforts to strengthen the ability, skills, and independence of an environmentally friendly culture through the application of fiqh al-bi'ah are very strategic to be carried out among Islamic boarding schools. The community service method used is Participatory Action Research (PAR), namely the service is carried out in a participatory manner among the santri community of Mifathul Ula Islamic Boarding School in Kertosono Regency and is carried out through three main pillars, namely (1) research methodology through the systematization of steps and procedures for scientific service, (2) the action dimension, namely through a series of training/socialization on cleanliness and sanctity, environmental conservation, and waste management, and (3) the participation dimension, namely mentoring/simulation that involves as many cottage communities as possible as PAR implementers. The service results show that, first, through this community service activity, the environmentally friendly culture of students has been able to be strengthened through training on the application of fiqh al-bi'ah at the Miftahul Ula Islamic Boarding School, Nglawak Kertosono Nganjuk. Thus, improving the balance of the quality of life and living with the environment at the Miftahul Ula Islamic boarding school in Nglawak Kertosono, Nganjuk Regency is expected to be realized. Second, through this service activity, the environment-friendly culture of santri has been strengthened through assistance in the application of fiqh al-bi'ah at the Miftahul Ula Islamic Boarding School, Nglawak Kertosono Nganjuk. The concept of "darling" reflects an environmentally friendly culture according to the application of fiqh al-bi'ah. Students. Santri and the community of Miftahul Ula Islamic boarding school who the know, critical attitude, skills, and independence in conserving or preserving nature through reforestation and green environmental reclamation (eco-green) movements as a reflection of environmentally friendly culture according to the application of fiqh al-bi'ah.
References
Buchori, Abdusshomad, (2011) Konsepsi Islam tentang Lingkungan Hidup (Surabaya: MUI Jatim & Asshomadiyah Centre.
Elizabeth, Misbah Zulfa. (2018). Program Pengelolaan Kebersihan Lingkungan di Pesantren. Semarang: UIN Walisongo.
Maryunani, Anik. (2013). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta: Trans Info Media.
Muhtarom, Ali. (2014). Pembinaan Kesadaran Lingkungan Hidup Di Pondok Pesantren: Studi Kasus Di Pondok Pesantren Al-Mansur Darunnajah 3 Kabup. Jurnal Kebudayaan Islam. Vol. 12, No. 2, Juli – Desember.
Nawawi, Muhammad dkk. (2016). Peningkatan Sikap Peduli Lingkungan Melalui Program Eco-Pesantren Di Pondok Pesantren Nurul Haramain Nw Narmada Kabupaten Lombok Barat. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek II: ISSN: 2527-533X, Solo: UNS.
Nur, Aulia Rihlah, Dkk. (2017) Pengelolaan Lingkungan Berbasis Pesantren (Studi Kasus di Pondok Pesantren Nurul Hakim Lombok NTB). Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies, Vol. 1, No. 2, Juli.
Qomar, Mujamil, (2005), Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisas Institusi. Jakarta : Erlangga.
Ulhusna, Parsan Amalia (2017) “Implikasi Penerapan Fikih Lingkungan Terhadap Perilaku sadar Lingkungan Santri di Pondok Pesantren Lintang Songo Pagergunung Sitimulyo Piyungan Bantul, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Yafie, Ali, Merintis Fiqh Lingkungan Hidup. (2006), Jakarta: Ufuk Press.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2021 Nilna Fauza

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.